Advertisement
BOYOLALI,MATALENSANEWS.com-
Kabupaten Boyolali memiliki beragam keunikan yang tidak bisa dijumpai di wiayah lain,terutama kawasan pemandian Pengging.Pemandian ini secara administratif berada di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Umbul Pengging merupakan komplek peninggalan Kasunanan Surakarta. Persisnya dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Sri Paduka Pakubuwono X yang memerintah dari 1893 – 1939.
Umbul Pengging salah satu obyek wisata favorit masyarakat dari beberapa kota, yakni Surakarta, Boyolali,klaten maupun Salatiga. Hal itu karena jarak Umbul Pengging dari kota tersebut tidaklah jauh.
Sebagai salah satu obyek wisata andalan Boyolali, kawasan Umbul Pengging sudah dibenahi dan tertata dengan baik.Hal ini agar mudah serta menarik untuk dikunjungi para wisatawan.
Umbul Ngabean salah satu umbul yang berada di kompleks pemandian Umbul Pengging, Boyolali gang dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Dulunya tempat ini menjadi tempat pemandian Raja Surakarta yaitu Pakubuwana X.Sebagai seorang Raja di Kasunanan Surakarta, Umbul Ngabean dibangun dengan mewah dengan Nuansa Keraton Surakarta yang begitu kental berada di kolam pemandian ini. Hal ini terlihat dari bangunan yang mengelilingi kolam berciri khas sama dengan keraton.
Dahulu Umbul Ngabean merupakan tempat pemandian favorit Pakubuwana X. Tidak jauh dari Umbul Pengging, terdapat peninggalan Keraton Surakarta lainnya yakni pesanggrahan atau tempat istirahat raja.Saat berkunjung ke daerah Pengging, pesanggrahan itu menjadi tempat peristirahatan Pakubuwana X.Sementara jika raja ingin mandi, maka ia akan mengunjungi Umbul Ngabean.
Meski dulunya merupakan kolam pemandian raja, saat ini Umbul Ngabean dibuka untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi menjadi seorang raja saat mandi di sini. Dan Airnya bersumber langsung dari dalam bumi, air di Umbul Ngabean ini begitu menyegarkan. Meski merupakan pemandian alami, kondisi kolam pemandian ini juga cukup bersih dan terawat,sehingga sangat nyaman untuk dinikmati.Suasana di kolam pemandian pun begitu teduh karena banyak pepohonan besar ada sekitar kawasan Umbul Pengging.
Mandi di Umbul Ngabean paling pas dilakukan saat siang hari,karena Panasnya udara kota seakan langsung sirna begitu menceburkan diri di kolam pemandian ini. Sedangkan kalau malam hari banyak para lelaku pada kungkum.Terutama pada malam-malam tertentu,kususnya malam jumat pahing.Dulunya pengelolaan Umbul Ngabean dilakukan oleh pejabat Keraton Kasunanan Surakata dengan pangkat Ngabehi. Hal itulah yang merupakan asal muasan pemandian alami ini bernama Umbul Ngabean.
Menurut Budi warga semarang, dirinya tiap malam jumat pahing nenyempatkan waktu buat lelaku kungkum diwilayah umbul Pengging kususnya Umbul Ngabean."Saya merasa badan segar dan pikiran tenang setelah berendam di Umbul Ngabean ini",ujar Budi didepan awak media Matalensanews.com.Padahal saya dulunya sakit-sakitan,tetapi sekarang badan saya merasa enak dan segar.Dalam berusahapun yang dulunya sering rugi , sekarang setelah sering kungkum pikiran jadi tenang dan usaha jadi lancar.
Sedangkan menurut penjaga Umbul Pengging,keberadaan Umbul ini tidak terlepas dari peran Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) IX pada akhir abad ke-19, PB IX sering berkunjung ke Pengging. Kedatangan beliau ke Pengging untuk berziarah dan untuk beristirahat. Selama di Pengging, beliau bermalam di rumah orang Belanda bernama Van Zaanten, seorang pemimpin perusahaan yang berkedudukan di Pengging. Hal semacam itu, dirasa merepotkan tuan rumah, maka PB IX membangun pesanggrahan yang diberi nama “Pesanggrahan Ngeksipurna”, yang terletak di sebelah selatan Masjid Ciptomulyo.
Untuk melengkapi Pengging sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan oleh PB IX beserta keluarga maupun punggawanya, di sebelah selatan pesanggrahan dibangun kolam untuk pemandian. Pemandian inilah yang sekaran dikenal sebagai Pemandian Tirtomarto. Awalnya, pemandian ini dikenal sebagai Umbul Pengging. Umbul merupakan pancaran air yang mengalir ke permukaan tanah sehingga membentuk sebuah kolam atau semacam telaga. Umbul Pengging yang berada di Pemandian Tirtomarto tersebut terdapat tiga umbul, yaitu Umbul Temanten, Umbul Dudo dan Umbul Ngabean.
Umbul Temanten
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar sekitar 24 m, panjang 33 m, dengan kedalaman berturut-turut dari 0,70 m, 1,40 m, dan 1,80 m, yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan lainnya, seperti ruang tunggu, ruang ganti pakaian, dan kamar toilet.
Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian ini memiliki dua buah umbul (pancaran mata airnya). Pada saat kunjungan PB X disabda menjadi satu, dan ternyata benar-benar menjadi satu. Karena dua umbul telah menjadi satu, maka diibaratkan sebagai sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Sehingga akhirnya umbul tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama Umbul Temanten.
Umbul Dudo Umbul
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar 8 m, panjang 12 m, dengan kedalaman 0,70 m yang di dalamnya terdapat sebuah batu yoni yang terbalik. Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian yang berpagar tembok ini ditemukan seekor kura-kura yang cukup besar dengan jenis kelamin jantan. Oleh karena itu, dengan ditemukannya kura-kura jantan di umbul tersebut hingga sekarang dinamakan Umbul Dudo. Dudo, dalam bahasa Jawa berarti tidak mempunyai istri. Karena kura-kura jantan tadi cuma sendirian maka dianggaplah kura-kura itu tidak memiliki pasangan hidup (dudo).
Umbul Ngabean
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian dengan berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 m, dengan kedalaman 1,50 m, yang dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, serta toilet. Menurut cerita, kola mini pada zaman PB X khusus hanya dipergunakan mandi para keluarga Raja Kasunanan Surakarta. Untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta kebersihan juga keindahan, oleh Raja ditugaskan seorang abdi dalem berpangkat Ngabehi sebagai penjaganya. Yang akhirnya umbul tersebut hingga sekarang disebut dengan nama Umbul Ngabean.(Guntur/Wahyu)
Kabupaten Boyolali memiliki beragam keunikan yang tidak bisa dijumpai di wiayah lain,terutama kawasan pemandian Pengging.Pemandian ini secara administratif berada di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
Umbul Pengging merupakan komplek peninggalan Kasunanan Surakarta. Persisnya dibangun oleh Raja Kasunanan Surakarta, Sri Paduka Pakubuwono X yang memerintah dari 1893 – 1939.
Umbul Pengging salah satu obyek wisata favorit masyarakat dari beberapa kota, yakni Surakarta, Boyolali,klaten maupun Salatiga. Hal itu karena jarak Umbul Pengging dari kota tersebut tidaklah jauh.
Sebagai salah satu obyek wisata andalan Boyolali, kawasan Umbul Pengging sudah dibenahi dan tertata dengan baik.Hal ini agar mudah serta menarik untuk dikunjungi para wisatawan.
Umbul Ngabean salah satu umbul yang berada di kompleks pemandian Umbul Pengging, Boyolali gang dimiliki oleh Keraton Kasunanan Surakarta. Dulunya tempat ini menjadi tempat pemandian Raja Surakarta yaitu Pakubuwana X.Sebagai seorang Raja di Kasunanan Surakarta, Umbul Ngabean dibangun dengan mewah dengan Nuansa Keraton Surakarta yang begitu kental berada di kolam pemandian ini. Hal ini terlihat dari bangunan yang mengelilingi kolam berciri khas sama dengan keraton.
Dahulu Umbul Ngabean merupakan tempat pemandian favorit Pakubuwana X. Tidak jauh dari Umbul Pengging, terdapat peninggalan Keraton Surakarta lainnya yakni pesanggrahan atau tempat istirahat raja.Saat berkunjung ke daerah Pengging, pesanggrahan itu menjadi tempat peristirahatan Pakubuwana X.Sementara jika raja ingin mandi, maka ia akan mengunjungi Umbul Ngabean.
Meski dulunya merupakan kolam pemandian raja, saat ini Umbul Ngabean dibuka untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi menjadi seorang raja saat mandi di sini. Dan Airnya bersumber langsung dari dalam bumi, air di Umbul Ngabean ini begitu menyegarkan. Meski merupakan pemandian alami, kondisi kolam pemandian ini juga cukup bersih dan terawat,sehingga sangat nyaman untuk dinikmati.Suasana di kolam pemandian pun begitu teduh karena banyak pepohonan besar ada sekitar kawasan Umbul Pengging.
Mandi di Umbul Ngabean paling pas dilakukan saat siang hari,karena Panasnya udara kota seakan langsung sirna begitu menceburkan diri di kolam pemandian ini. Sedangkan kalau malam hari banyak para lelaku pada kungkum.Terutama pada malam-malam tertentu,kususnya malam jumat pahing.Dulunya pengelolaan Umbul Ngabean dilakukan oleh pejabat Keraton Kasunanan Surakata dengan pangkat Ngabehi. Hal itulah yang merupakan asal muasan pemandian alami ini bernama Umbul Ngabean.
Menurut Budi warga semarang, dirinya tiap malam jumat pahing nenyempatkan waktu buat lelaku kungkum diwilayah umbul Pengging kususnya Umbul Ngabean."Saya merasa badan segar dan pikiran tenang setelah berendam di Umbul Ngabean ini",ujar Budi didepan awak media Matalensanews.com.Padahal saya dulunya sakit-sakitan,tetapi sekarang badan saya merasa enak dan segar.Dalam berusahapun yang dulunya sering rugi , sekarang setelah sering kungkum pikiran jadi tenang dan usaha jadi lancar.
Sedangkan menurut penjaga Umbul Pengging,keberadaan Umbul ini tidak terlepas dari peran Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) IX pada akhir abad ke-19, PB IX sering berkunjung ke Pengging. Kedatangan beliau ke Pengging untuk berziarah dan untuk beristirahat. Selama di Pengging, beliau bermalam di rumah orang Belanda bernama Van Zaanten, seorang pemimpin perusahaan yang berkedudukan di Pengging. Hal semacam itu, dirasa merepotkan tuan rumah, maka PB IX membangun pesanggrahan yang diberi nama “Pesanggrahan Ngeksipurna”, yang terletak di sebelah selatan Masjid Ciptomulyo.
Untuk melengkapi Pengging sebagai tempat rekreasi dan peristirahatan oleh PB IX beserta keluarga maupun punggawanya, di sebelah selatan pesanggrahan dibangun kolam untuk pemandian. Pemandian inilah yang sekaran dikenal sebagai Pemandian Tirtomarto. Awalnya, pemandian ini dikenal sebagai Umbul Pengging. Umbul merupakan pancaran air yang mengalir ke permukaan tanah sehingga membentuk sebuah kolam atau semacam telaga. Umbul Pengging yang berada di Pemandian Tirtomarto tersebut terdapat tiga umbul, yaitu Umbul Temanten, Umbul Dudo dan Umbul Ngabean.
Umbul Temanten
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar sekitar 24 m, panjang 33 m, dengan kedalaman berturut-turut dari 0,70 m, 1,40 m, dan 1,80 m, yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan lainnya, seperti ruang tunggu, ruang ganti pakaian, dan kamar toilet.
Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian ini memiliki dua buah umbul (pancaran mata airnya). Pada saat kunjungan PB X disabda menjadi satu, dan ternyata benar-benar menjadi satu. Karena dua umbul telah menjadi satu, maka diibaratkan sebagai sepasang mempelai yang hidup rukun menjadi satu. Sehingga akhirnya umbul tersebut sampai sekarang dikenal dengan nama Umbul Temanten.
Umbul Dudo Umbul
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian yang berpagar tembok dengan ukuran lebar 8 m, panjang 12 m, dengan kedalaman 0,70 m yang di dalamnya terdapat sebuah batu yoni yang terbalik. Menurut cerita, pada zaman dahulu pemandian yang berpagar tembok ini ditemukan seekor kura-kura yang cukup besar dengan jenis kelamin jantan. Oleh karena itu, dengan ditemukannya kura-kura jantan di umbul tersebut hingga sekarang dinamakan Umbul Dudo. Dudo, dalam bahasa Jawa berarti tidak mempunyai istri. Karena kura-kura jantan tadi cuma sendirian maka dianggaplah kura-kura itu tidak memiliki pasangan hidup (dudo).
Umbul Ngabean
Umbul ini dijadikan suatu kolam pemandian dengan berpagar tembok berbentuk bulat dengan garis tengah sepanjang 26 m, dengan kedalaman 1,50 m, yang dilengkapi dengan aula, panggung, ruang ganti pakaian, serta toilet. Menurut cerita, kola mini pada zaman PB X khusus hanya dipergunakan mandi para keluarga Raja Kasunanan Surakarta. Untuk menjaga ketertiban dan keamanan serta kebersihan juga keindahan, oleh Raja ditugaskan seorang abdi dalem berpangkat Ngabehi sebagai penjaganya. Yang akhirnya umbul tersebut hingga sekarang disebut dengan nama Umbul Ngabean.(Guntur/Wahyu)