Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Selasa, 26 Januari 2021, 1:07:00 PM WIB
Last Updated 2021-01-26T06:08:32Z
NEWSSejarah dan Budaya

Membaca dan Menjaga Ketidak Warasan

Advertisement

Oleh : Sofyan Mohammad

MATALENSANEWS.com-Jika suatu saat daun dijatuhkan 

saat malam pekat diantara rekah bintang gemintang


Maka sebenarnya dirimu berkuasa 

Berkehendak karenanya


Namun semesta yang ada padamu kau rindapi

dengan angan angan kecil untuk mengumbar egomu


Syakwak menjadi pelita

Kemapanan menjadi peraduan

Kuda itu kini liar dipadang rumput


Kau hanya mencari tanda tanda

diantara terang padahal itu gelap

Sementara kau sendiri

tidak menghendaki gelap

Tau kah kamu jika kegelapan itu adalah berkumpulnya sinar sinar


Kau selama ini hanya menyabit udara

untuk memuluskan hasrat

Padahal yang kau butuhkan bukan udara itu 

Yang berarti hawa


Kelak jika sudah sampai waktunya

pada kegelapan

Maka hampa adalah berkumpulnya udara udara


Para pecinta akan dipersatukan dengan pecinta

yang berjingkat diantara kuntum bunga

Karena sudah bebas rasa

aroma, asam manis sama saja

Itulah peleburan cinta dan cinta


Untuk mencapai kegelapan yang terang terang

maka dibutuhkan ruang senyap

memburu kegelapan

Yang disitulah sinar sinar kecil akan tampak

Karena hanya diwaktu gelap kesempatan terang itu ada


Gila adalah waras

Waras adalah gila

Apa yang kau takutkan

Jika Dia menciptakan gila untuk kebenaran

Untuk rindu pada siang Nya


Terasinglah kau pada siang

Muaklah kau pada cahaya siang

Sakitlah kau pada cahaya siang

Berenang lah kau pada lautan yang gelap agar siang yang sebenarnya ada pada diri kita

Karena aku dan Dia menjadi kita


Memang sungguh aneh

Kawan..!!


........................................................................................................................................................................


“Uqalaa-ul Majaaniin” atau orang gila yang waras adalah istilah yang  cukup tepat untuk menggambarkan perspektif cara hidup dan cara berfikir seniman atau para pecinta yang bertolak dari streotip yang muncul dalam hardwarenya yang umum terlihat yaitu seseorang yang selalu berpenampilan nyentrik, baik gaya busana maupun penampilanya misalnya rambut gondrong awut awutan, tatotan atau tindikan anting dikuping dan lain sebagainya yang tidak sesuai dengan standart ukuran rapi dan sopan. Dalam berperilaku maka biasanya cenderung idealis, menggebu gebu, unik, nyeneh dan semau gue, hal demikian karena agaknya orang orang seperti itu memiliki cara berfikir yang berbeda dengan pada umumnya.


Sosok seperti itu adalah deskripsi umum untuk menggambarkan kehidupan seniman dalam kehidupan sehari-hari yang sering dijumpai dan seniman sendiri merupakan jenis manusia yang ketika memiliki rasa cinta terhadap sesuatu maka dia mampu mengolah rasa cinta tersebut menjadi sesuatu yang besar dan memiliki nilai keindahan meskipun terkadang berbentuk hal yang menjijikan bahkan menakutkan karena seniman merupakan type manusia yang memiliki rasa cinta yang dalam namun mampu mengusai cintanya tersebut lantas dapat diekspresikan kedalam bentuk suatu karya tertentu yang meskipun  terkadang karya tersebut hanya dapat dinikmati oleh segelintir orang saja.


Karya seni yang fenomenal sering lahir dari tangan dingin orang orang yang dianggap "aneh" yang bertolak dari ide ide liar, brutal dan melawan arus yang disebut dengan "kegilaan" karena demikian konon dunia seni memang penuh dengan orang”gila’. 


Kegilaan ini nampaknya pararel dengan ide dan  perasaan yang tajam untuk membedah fenoma, karenanya didalam dimensi kesunyian sering muncul pemikiran kreatif yang terkadang melompati zamannya, karena bagi ruang pemahaman umum maka dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat memahaminya seperti halnya karya pelukis Vincent van Gogh yang melahirkan karya fenomenal di rumah sakit gila atau karya pelukis Jeihan atau Joko Pekik yang begitu spektakuler hingga lukisannya menjadi bahan penelitian untuk promosi Doctor Astri  Wright, seorang peneliti dari Canada di penghujung 1980-an. 


Untuk menjadi seorang dengan melahirkan karya atau sekurang kurangnya menjadikan kisah hidup menjadi monumental maka terkadang harus keluar dari kelaziman, keluar dari mainstream, keluar dari kemapanan setelah itu baru dapat memperoleh ide brilyan untuk melahirkan karya atau kisah yang spektakuler. 


Banyak orang jenius lahir namun dalam kehidupan sehari hari susah ditakar konsep pemikirannya, bahkan sering dicap "majnun" yang diasosiasikan dengan  dunia yang banyak diremahkan dan dilecehkan, padahal kenyataanya tidak semua orang gila itu tidak waras, ada orang waras dikira gila karena konsep pemikirannya tidak pararel dengan ukuran kolektivitas yang terlembaga.


Dalam bahasa cinta maka seniman sama halnya dengan pelaku spiritual karena ruang yang dia huni adalah ruang sunyi namun terang dan maha luas, namun terdapat sekat yang menjadi pembatas dengan takaran terang dan luas bagi kebanyakan orang.


Para pelaku spiritual yang boleh dikatakan juga merupakan seniman atau para pecinta adalah orang yang terbiasai berenang dalam samudra kemerdekaan karena terjadi persenyawaan antara pola berpikir integrative, holistic, transformative dan spiritual dan hal tersebut dalam perspektif pra modern disebut alur berpikir yang   mengarah pada pemikiran transedent yang bersinggungan dengan gejala alam, sangkan paraning dumadi, manunggaling Kawulo Gusti.


Makro dan mikrokosmos (jagad besar jagad kecil) menurut pandangan filsafat maka akan selalu  terkait dengan pola pemikiran waras dengan tanda-tanda alam semesta.  Pemikiran transenden adalah pemikiran lintas sektoral yang menembus ruang dan waktu yang akan sangat susah ditangkap hanya dengan kerangka berpikir logis karena para spiritualis dan atau seniman akan menggunakan pola simbolik guna memaknai tanda-tanda atau markah.


Menapaki arus zaman serba digital seperti saat ini tentu banyak menyisakan ketimpangan dalam segala aspek kehidupan yang tentu dalam prosesnya ada penyeimbang melalui peran tidak kasat mata dari segelintir orang melalui dunia sunyi nan senyap. Beberapa orang yang berperan sebagai penyeimbang tersebut adalah orang yang terpilih untuk berperilaku “Uqalaa-ul Majaaniin” yaitu orang gila yang waras.


Para pelaku spritual termasuk para seniman didalamnya adalah representasi orang yang cemas nun gelisah dengan iklim kultural dunia saat ini yang makin terperosok kedalam lubang modernitas tapi gagap terhadap potensi istimewa dari local culture yang sebenarnya sangat istimewa. 


Di negeri ini kultur yang adi luhung justru menjadi asing di negeri sendiri karena para generasi mudanya lebih terobsesi dengan budaya pop atau budaya asing yang sebenarnya  biasa biasa saja. Sosial media kini menjadi penjajah baru untuk perubahan budaya masyarakat,  serbuan budaya asing seperti wabah yang susah dihentikan, nyaris seperti virus yang mematikan identitas kebangsaan.


Membanjirnya arus informasi dan komunikasi bak kereta cepat yang tak bisa dibendung sekat sekat budaya menjadi terkikis yang membawa ancaman serius berupa hilangnya identitas kebangsaan, namun ancaman yang tak kalah serius adalah munculnya Tuhan Tuhan baru yang hadir bersama laju kereta cepat tersebut, dalam situasi tersebut maka dibutuhkan peran orang gila yang waras (Uqalaa-ul Majaaniin).


Sudikah kau menjadi satu diantaranya...?


* Diramu dari berbagai diskusi dengan orang orang gila yang waras

** Penulis adalah tukang ngarit untuk pakan domba sehari hari tinggal di desa.(Red)