Advertisement
Foto : ilustrasi |
UNGARAN|MATALENSANEWS.com-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mencatat hilangnya vegetasi di kawasan Gunung Merbabu menjadi pemicu utama dari banjir bandang yang melanda wilayah tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Semarang, Alexander Gunawan, mengungkapkan bahwa sekitar 500 hektare vegetasi hangus dilalap kebakaran hutan, yang kemudian membuat kawasan lereng Gunung Merbabu kehilangan kemampuan untuk menyerap air hujan ke dalam tanah, Jumat (1/12/23).
Menurut Alexander, saat terjadi hujan deras di daerah puncak, tanah dan batuan yang tidak tertahan oleh vegetasi tersebut terbawa arus hingga mencapai permukiman penduduk di kaki gunung.
Hal ini menyebabkan kerugian materiil yang cukup signifikan bagi warga, dengan total kerugian mencapai Rp800 juta.
Banjir bandang yang melanda dua desa di lereng Gunung Merbabu, tepatnya Desa Tajuk dan Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung dalam durasi yang cukup lama. Meskipun tidak ada laporan korban jiwa, dampaknya terasa dalam kerusakan pipa pralon, pondasi jalan, hingga terputusnya akses jalan penghubung antardesa.
BPBD Kabupaten Semarang mencatat bahwa banjir bandang membawa material lumpur, bebatuan besar, serta potongan batang dan ranting pohon, yang menyebabkan satu motor warga hanyut, rusaknya saluran air di empat dusun Desa Tajuk, dan terputusnya tiga akses jalan penting.
Alexander menekankan pentingnya perhatian bersama terhadap kejadian banjir bandang di lereng Gunung Merbabu. Dia juga menyoroti bahwa tidak hanya Gunung Merbabu, namun beberapa gunung dan dataran tinggi lainnya di Indonesia juga mengalami kejadian karhutla (kebakaran hutan dan lahan), seperti Gunung Ciremai, Gunung Arjuno, Gunung Sumbing, Gunung Bromo, Gunung Lawu, Gunung Agung, dan Gunung Abang.
Dalam menanggapi situasi tersebut, pihak BPBD bekerjasama dengan instansi terkait serta melibatkan komunitas lokal untuk membersihkan dan memperbaiki infrastruktur yang rusak sebagai langkah awal pemulihan pasca bencana.(TRI)