Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Jumat, 14 Februari 2025, 11:05:00 PM WIB
Last Updated 2025-02-14T16:05:50Z
NEWSRegional

Meriah dan Penuh Makna, Ribuan Warga Tegalrejo Gelar Tradisi Sadranan di Makam Shuufi

Advertisement


SALATIGA |
MATALENSANEWS.com – Ribuan warga memadati Makam Shuufi di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga, untuk mengikuti tradisi tahunan Sadranan. Acara ini bukan hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi simbol pelestarian budaya, kebersamaan, dan gotong-royong menjelang bulan suci Ramadan.


Sadranan merupakan tradisi yang dilakukan setiap bulan Sya’ban dalam kalender hijriah. Momen ini dimanfaatkan warga untuk mengirimkan doa bagi orang tua dan kerabat yang telah meninggal dunia.


Ketua RW 4 Tegalrejo, Mugi Harjono, mengatakan bahwa Sadranan melibatkan seluruh warga dari RT 1 hingga RT 11.

“Sadranan bukan hanya bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sarana menjaga kerukunan antarwarga. Acara ini menjadi bukti nyata bahwa budaya leluhur tetap terjaga di masyarakat kami,” ujarnya, Jumat (14/2/2025).

 

Salah satu daya tarik utama dalam tradisi ini adalah arak-arakan 1.000 tumpeng yang diusung oleh warga menuju Makam Shuufi. Tumpeng-tumpeng tersebut melambangkan rasa syukur kepada Tuhan sekaligus mempererat solidaritas di antara masyarakat.

“Arak-arakan ini adalah wujud gotong-royong. Melalui 1.000 tumpeng, kami menyampaikan rasa syukur sekaligus memperkuat kebersamaan di lingkungan Tegalrejo,” tambah Mugi.


Dalam empat tahun terakhir, Sadranan di Tegalrejo mengalami perkembangan. Jika sebelumnya dilakukan secara sederhana, kini semakin meriah dengan tambahan unsur budaya Jawa yang lebih kental.

Salah satu warga, Budiman, mengungkapkan kebanggaannya terhadap tradisi ini.

“Sadranan sekarang terasa lebih sakral dan khusyuk. Semua warga terlibat, dari anak-anak hingga orang tua, sehingga semangat kebersamaan semakin terasa,” katanya.


Lurah Tegalrejo, Ponco Margono Hasan, menyampaikan bahwa Sadranan tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga mempererat hubungan sosial.

“Acara ini mengajarkan birrul walidain kepada para leluhur serta menjadi ajang silaturahmi antarwarga. Kami berharap tradisi ini dapat diwariskan kepada generasi mendatang,” katanya.


Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, Sadranan di Makam Shuufi menjadi bukti bahwa tradisi lokal mampu menjadi perekat sosial. Acara ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga sarana pelestarian budaya serta memperkuat nilai-nilai gotong-royong di Tegalrejo.(Goent)