Deoxa Indonesian Channels

lisensi

Advertisement MGID

Selasa, 15 April 2025, 3:01:00 PM WIB
Last Updated 2025-04-15T08:01:14Z
BERITA PERISTIWANEWS

Diduga Diintimidasi Preman Usai Dampingi Sidak Tambang, Warga Ngampel: Istri dan Anak Saya Ketakutan

Advertisement

Gambar : ilustrasi

Kendal |
MATALENSANEWS.com Nasib kurang menyenangkan dialami seorang warga Kecamatan Ngampel, Kabupaten Kendal, berinisial AS. Ia mengaku mendapat intimidasi dari seorang preman usai mendampingi inspeksi mendadak (sidak) ke tambang galian C di Desa Jatirejo, Kecamatan Ngampel, yang dilakukan oleh Ketua Komisi C DPRD Kendal bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal.


Menurut AS, preman yang sudah dikenal oleh dirinya itu mendatangi rumahnya pada sore hari, tak lama setelah salat Maghrib. Preman tersebut menuding AS sebagai pihak yang mengundang rombongan sidak ke lokasi tambang, hingga menyebabkan alat berat jenis eskavator dihentikan operasinya.


"Saya hanya diminta menemani Mbak Siska (Ketua Komisi C DPRD Kendal) dan Pak Aris (Kepala DLH Kendal). Tapi sore harinya saya didatangi preman, marah-marah di depan rumah," ungkap AS, Senin (14/4/2025).


Tak hanya berteriak dan melontarkan tuduhan, preman tersebut juga menuntut ganti rugi sebesar Rp3 juta, karena merasa dirugikan dengan terhentinya aktivitas tambang.


"Suara preman itu keras sekali, anak saya yang masih balita dan istri saya sampai ketakutan," ujarnya.


AS sebenarnya berniat melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Namun, karena saat itu tidak membawa ponsel dan tidak memiliki bukti rekaman, niat tersebut akhirnya dibatalkan.


"Saya tidak bawa HP, jadi tidak bisa merekam. Karena tidak ada alat bukti, saya urung melapor," tambahnya.


AS menegaskan, warga Ngampel tidak menolak keberadaan tambang, namun berharap pengusaha tambang lebih memperhatikan dampak terhadap lingkungan dan warga sekitar.


"Kalau cuaca cerah, debunya luar biasa. Sampai masuk ke rumah-rumah warga yang ada di dalam gang. Kasihan anak-anak dan bayi, bisa sesak napas," keluhnya.


Masalah lain juga timbul saat hujan turun. Jalan menjadi licin dan berlumpur, membuat anak-anak sekolah dasar yang sebelumnya menggunakan sepeda, kini terpaksa berjalan kaki karena khawatir tergelincir.


"Orang tua sekarang melarang anaknya naik sepeda ke sekolah. Apalagi pagi-pagi sudah banyak dump truk masuk lokasi tambang. Jalannya juga sering macet," katanya.


AS mengungkapkan, banyak warga yang merasakan dampak negatif dari aktivitas tambang, namun memilih diam karena merasa tidak memiliki kekuatan untuk melawan.


"Jujur saja, warga sangat terdampak. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya diam," pungkasnya.(FARID